HARI INI HARI GURU?


lagi tidur ya?
atau lupa bahwa engkau pernah menjadi guru? Eh ralat karena kau tak suka disebut guru! Pendidik? Mungkin sebutan ini sedikit kau suka.
Ya!, kau pernah jadi pendidik, menjadi yang berani tampil di depan puluhan siswa dan beberapa preman.
Tinjumu! kau ingat tinjumu, pernah menembus papan tulis memecahkan kaca jendela, mengagetkan para guru di ruang guru. 
Hmmm, kau ini guru pendidik atau guru karate??
Haha! Kau ingat waktu itu, kamu masih baru jadi pendidik, dikenalkan pada kelas dengan kebanyakan preman dari pada siswa. Jiwamu juga masih muda, hey pemuda, dan dipaksa menghadapi para pemuda berseragam putih abu-abu.
Jiwamu, yang masih muda, belum bisa sabar menghadapi para preman, kau hantam saja papan tulis, hingga pecah tembus hingga kaca jendela ikut pecah, keheningan di ruang guru pun ikut-ikutan pecah.
Pak guru, oh pak guru. Tinjumu itu luar biasa, untung tak ada yang melaporkanmu. Bagaimana bisa dilaporkan ya? Toh yang membuatmu mengeluarkan tinju itu adalah preman yang jelas-jelas juga takut pada polisi. Atau takut padamu, pada tinjumu.
***

Waktu berlalu,
Kau semakin matang jadi guru, mentalmu semakin mantap, menghadapi preman berseragam putih abu-abu bukan lagi hal yang harus dibalas dengan kekerasan.
Kau memilikinya, komunikasi non-verbal yang coba kau komunikasikan ke para preman itu,  mampu mengurangi kenakalannya.
Dan, materi pelajaran pun mudah masuk ke kepala mereka.
Entah karena siswa dan premanmu sadar ingin belajar, atau takut pada sejarah tinjumu.
***

Waktu berlalu,
Kau semakin matang jadi guru, bukan hanya di sisi mental, metode pembelajaranmu itu, mantap coy!!
Yak ada istilah silabus, rpp, kkm, bahkan buku pegangan guru. 
Ya! Kau tak pernah membawa dan mempedomani perangkat pembelajaran tersebut. Di samping karena kau tidak punya karena malas membuatnya karena tak tau cara membuatnya, juga karena kau yakin bahwa sekolah tempat berkumpulnya para preman ini butuh hal yang lebih dari sekadar silabus, rpp, kkm, bahkan buku pegangan guru.
Masih kuingat bagaimana gayamu masuk ke kelas, sangat jauh dari yang namanya rapi, kadang berkaos oblong, selalu hanya memakai sendal, rambut brewok, tak pernah membawa buku, malas mengabsen siswa.
Kau selalu bilang, berbagi ilmu jangan kaku, harus enjoy, peserta didik harus merasa nyaman, santai tapi tetap disiplin, intinya bagaimana materi pelajaran bisa masuk ke otak mereka.
Kau tak perlu buku karena kita bukan budak-budak buku, buku hanya menyampaikan garis besarnya saja, dan kita yang melanjutkan membaginya ke peserta didik dengan bahasa yang semua bisa pahami.
Kau pernah memprotes teman sejawatmu yang selalu bergantung dengan buku, yang terlalu mendewakan buku, katamu, masih bisa ngajar tanpa buku? bagaimana kalau lupa bawa buku, atau bukumu hilang? siswa libur belajar ya? atau periksa catatan saja ya.., bahkan absen saja terus cabut.
Kau tak perlu yang namanya silabus, rpp, kkm, yang kau butuhkan hanyalah bagaimana agar peserta didik bisa tahu kalau belajar itu berguna, penting, kebutuhan, makanan, uang, hidup, masa depan, kesejahteraan, kebahagiaan, keselamatan, pencerahan, dan apapun istilah lainnya karena definisi segala sesuatu itu sifatnya fleksibel menurut pemahamanmu.
Dan, setelah peserta didikmu memahami apa itu belajar, barulah kamu berbagi ilmu, bukan mengajar, tapi saling mengajar. Kau menginsyafi bahwa posisimu saja yang sebagai pendidik, tapi tak menutup kemungkinan, ada di antara anak didikmu yang lebih cerdas darimu, itulah sehingga kau menyebutnya berbagi ilmu, bukan mengajar.
 ***

Waktu berlalu,
Kau bukan lagi pendidik, gajimu sebagai pendidik tak mampu memenuhi kerakusanmu, atau memang penghargaan untuk para pendidik yang masih bersatus honorer alias tak jelas memang masih sangat minim, ilmumu hanya dinilai Rp 4000 per jam, utuh jika beruntung tak kena potongan liar.
Katamu, jangan mau  dibilang pahlawan tanpa tanda jasa! Guru, pendidik, pengajar, Oemar Bakri, atau apalah namanya harus dihargai selayak-layaknya penghargaan, karena dari merekalah terbangun generasi-generasi yang tercerahkan.
Kau memilih membagi ilmumu di tempat lain yang kau anggap sedikit mampu memenuhi kerakusanmu.

[terima kasih pak guru atau apalah identitasmu, semoga hari guru bukan sekadar ceremonial belaka, tapi sebuah gerakan untuk mensejahterakan kehidupan para guru]

Ditulis Oleh : Unknown ~ Carita Campur Attu | Obrolan ringan di warung kopi

Carita campur attu HARI INI HARI GURU? ini hanyalah obrolan ringan di warung kopi yang diposting oleh Unknown. Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca dan mengomentari carita campur attu ini. Kritik dan saran Anda adalah attu' terindah yang kami nanti-nantikan :D , karenanya mohon penuhi kotak komentar kami dengan attu' terindah yang pernah Anda miliki.

:: Lagi GALAU? baca ini! ::

0 komentar:

 
carita campur attu | pacarita | obrolan ringan di warung kopi powered by blogger.com
Design by Carita Campur Attu Blogger Templates