FOTO JELEK DIAN SASTRO?

Sepertinya inilah carita campur attu yang begitu menguras tenaga, kenapa tidak; Pacarita harus googling ke sana ke mari untuk mendapat foto jelek dian sastro. Asli ini artis mau digimanain sekalipun tetap cantik.


Kenapa juga cari foto jeleknya?
soalnya foto cantiknya, ngga usah dicari tentu ada di mana-mana...


Lagian, memang ada foto jelek Dian Sastro?.
Berikut Pacarita coba sajikan, entah jelek benaran atau tidak, atau maksa dijelek-jelekin :D


Mulai dari Dian Sastro baru bangun tidur tanpa make up


Dian Sastro baru bangun, tanpa make up, bibirnya...

Ini lagi melirik siapa ya?

Foto jelek Dian Sastro

Kalo ini, mungkin saat hamil ya? kok keliatan gemuk gitu :D

Dian Sastro tampak gemuk

Ini Dian Sastro kalo lagi memble ya...?

Dian Sastro lagi memble

Menggila pun tak mengapa, hehehehe

Dian Sastro lagi nakal


Dan foto ini yang paling Pacarita ngga suka. Ini asli jelek, ngapain juga ada latar pattinsonnya, gak penting banget, hihihihi

Dian Sastro rugi banget :D

Asli  ya..., ini Distro alias DS alias Dian Sastro alias Diandra Sastrowardoyo, digimanain juga pasti cantik, ngga rugi Pacarita fans ama doi :D

UPDATE!!!
Pacarita dapat foto yang baru nih, silakan dinikmati :D

Dian Sastro ngantuk banget, mata 5 watt

MENULIS TANPA KOPI


Menulis tanpa kopi itu memang terasa aneh, jauh dari perasaan puas, rasanya tidak begitu berjuta-juta! Seperti yang saat ini saya lakukan: menulis tanpa kopi.

Selalu saja ada yang kurang, karena wewangian aroma kopi itu benar-benar bagai mega awan yang membalut segenap galau melanda. Wewangian kopi itu seperti aroma surgawi yang memabukkan, mampu menarik urat senyum di wajahmu, dan menjadikan sepanjang harimu berseri-seri,berjuta-juta!

Menulis tanpa kopi itu--bagai berkendara motor matic, tidak ada aktivitas pemindahan gigi manual setiap engkau akan berbelok di tikungan, tidak ada penurunan gigi di lampu merah atau saat melaju di jalan menanjak.
Dalam menulis, itu seperti tidak ada tegukan kopi nikmat, saat engkau sejenak berhenti menulis untuk sekadar menengok ide yang mungkin melekat di langit-langit kamar.

Di mana kan kau temukan imajinasi yang terkadang menguap bersama uap hangat kopi yang begitu wangi? Jika di atas meja menulismu, tak ada secangkir kopi hangat yang bagai lokomotif mengepul-ngepulkan asap wanginya?
Di mana kan kau temukan imajinasi yang terkadang mengerak bersama ampas kopi yang mengering? Jika di atas meja  menulismu, tak ada ampas kopi yang membisu--seolah telah menjadi saksi bagaimana kau habiskan waktumu saat itu--bersama teman, rekan kerja, teman trader atau bahkan sendiri.

Dan.
Menulis tanpa kopi harus dihentikan, karena kini telah terparkir manis segelas kopi hitam di atas meja kerjaku.

[dan. Hanya aku dan kopi]



INI BUKAN TENTANG AKTIVITAS ATAU BEKERJA, INI TENTANG TANGGUNG JAWAB!


10.22 am kira-kira

Hingga pagi ini, saya belum bisa membedakan antara aktivitas dan bekerja. Saat ini saya berada di kantor, duduk di atas kursi empuk sambil mengetik postingan ini dengan komputer yang menurut saya lumayan memiliki spesifikasi tinggi. Tentunya setelah menyelesaikan segala kebutuhan untuk teleconference yang setiap pagi rutin kantor kami lakukan.

Sambil saya mengetik postingan ini, suara pembicara di seberang masih terdengar jelas dari balik pintu ruangan saya, saya tidak harus ikut teleconference, karena saya adalah IT support yang bertugas menyiapkan segala kelengkapan dalam hal jaringan internet untuk teleconference, setelah itu, ya..kembali ke meja, standby.


Itulah mengapa saya masih bisa menulis postingan ini di kantor, toh posisi saya dalam kondisi standby, saya bergerak ketika ada hal yang berhubungan dengan jaringan internet, lebih dari itu, sedikit bisa saya maklumi.

Jam kerja saya adalah dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore, dipotong istirahat sejam pada pukul 12 siang. Jam kerja yang menurut saya lebih dari cukup, atau akan berakhir dengan sendirinya tanpa perasaan apapun dikarenakan atmosfer kerja di kantor kami yang di satu sisi terbilang disiplin, di sisi lain lumayan menyajikan kenyamanan fasilitas.


***
2.39 pm waktu pc, tulisan terpending karena tiba-tiba kehilangan ide.

Disiplin? Kok masih bisa buat tulisan  untuk blog Carita Campur Attu?!

Tentunya akan ada pengunjung blog yang mempertanyakan tentang kedisiplinan yang saya maksud. Baiklah akan saya jelaskan.
Di tempat kerja saya, disiplin waktu adalah hal yang mutlak, tidak ada toleransi  untuk hal tersebut, masuk jam 9 pagi pulang jam 6 sore. Pemenuhan tugas kerja juga adalah hal yang mutlak, seperti saya  yang seorang IT support, tentu saja tugas adalah segala hal yang berhubungan dengan jaringan internet kantor dan perangkat pendukungnya seperti komputer dan  segala peripheralnya. Ketika segala hal yang saya sebutkan di atas telah di set dan berjalan dengan semestinya, posisi kerja yang saya pahami selanjutnya adalah standby. Disiplin kan?

Nah, dalam status standby tersebutlah, saya mengisi waktu dengan facebook, trading, blog, ngopi, etc. Intinya, saya harus bisa memastikan wajah saya masih tampil di cctv pada monitor di ruang kerja bos hingga waktu menunjukkan pukul 6 sore.

Apakah ini kerja atau aktivitas? Sekarang saya yang bertanya ke pembaca. Karena jujur saya bingung, di satu sisi saya berpikir berapa banyak waktu di luar deskripsi pekerjaan yang saya buang, saya juga takut jikalau ini bisa diartikan sebagai korupsi waktu.
Lalu, jika tidak demikian, saya harus kerja apa? Jika segala jaringan internet, komputer dan peripheral-nya semua berjalan lancar? Saya harus ngapain lagi? Masuk ke kolong-kolong meja marketing dan sekretaris--mengecek jikalau ada kabel lan yang longgar? Wah.., ini bisa-bisa saya dibilang modus ingin liat isi rok mini; meskipun beberapa marketing tidak keberatan dan tidak ingin bergeser jika saya permisi ke kolong mejanya untuk mengecek kabel jaringan. Aneh? Sepertinya tidak dan sudah menjadi hal yang lumrah di kantorku; Ingin heran? Buat apa juga.

Saya insyaf, di luar sana ada teman-teman yang atmosfer pekerjaannya lebih menyenangkan dan lebih santai dari saya, mereka bisa keluar kantor kapan saja mereka mau, nongkrong di warkop, ngopi, merokok, tidur sepuas hati mereka; Saking bebasnya, muncul istilah office 1 dan 2 bahkan lebih, office 1 untuk warkop, office 2 untuk kantor sebagaimana kantor, dan sebagainya. Intinya, kata teman tersebut, pekerjaan dan laporan bisa beres dan dipertanggungjawabkan kapan dan di manapun.

Jujur di lubuk hati saya, saya ingin atmosfer pekerjaan demikian, toh buat apa nongkrong lama-lama di depan cctv, eh, di depan komputer kalo semua pekerjaan sementara telah berjalan sebagaimana mestinya?
Tapi, di satu sisi, saya juga lumayan menikmati atmosfer pekerjaan saya, saya merasa bisa lebih maksimal, saya merasa inilah tanggung jawab, namun saya belum bisa memahami ini bekerja atau aktifitas?
Yang saya pahami adalah setiap senin hingga jum'at dari pukul 8 pagi sampai 8 malam (termasuk waktu diperjalanan) saya ke kantor, meninggalkan anak-anak dan istri saya sebagai bentuk tanggungjawab saya atas kesejahteraan mereka. Terlepas itu melelahkan atau tidak, terpaksa atau tidak, bosan atau tidak; harus saya jalani dan syukuri. Titik.

Kadang kita melihat 'rumput tetangga selalu lebih hijau', tapi kadang kita juga lupa--segalanya indah dengan bersyukur.
Apapun pekerjaanmu, berat ringan, disiplin santai; Bersyukurlah dan berikan yang terbaik yang kau bisa, banggalah karena dengan bekerja engkau bisa melihat dirimu memiliki nilai. Tetap semangat anak muda ;)

[Lalu masih butuh jawaban 'ini aktivitas atau bekerja?'
jawabnya adalah tanggung jawab--terhadap keluarga untuk memberi kesejahteraan yang insyaALLAH halal :)  ]



MATAHARI HITAM


Pagi ini, ada dua matahari; Satu di angkasa--matahari milik semesta alam, yang dipakai petani kopi mengeringkan biji kopi, yang dipakai ibu-ibu mengeringkan pakaian, yang dipakai tumbuhan berfotosintesis, yang dipakai perempuan berkulit putih mencoklatkan kulitnya, yang dipakai awan menguapkan air lalu menumpahkannya menjadi hujan dan pelangi.

Satu lagi, ada di sini, pada aku, yang merupa aku.

Matahari pertama sedang bersinar dengan giatnya, menghidupkan.
Matahari kedua, masih membeku, masih berselimut hitam awan, masih redup.

Mari bercerita tentang matahari kedua, matahari yang tercipta karena rasa dan asa. Pagi ini masih meredup, seperti satu hari yang lalu, masih baru, tapi entah sampai kapan? Matahari ini sedang sakit, mungkin sudah akut. Penyebabnya tak perlu di selidiki, tak perlu dokter-dokteran segala, karena saat ini matahari tersebut sedang menggenapi sakitnya. Saja.

Kondisinya sedang parah, atau dibuat semakin parah, kenapa? Entah! Yang jelas harapan telah dipendam dalam-dalam. 


Kau tahu apa itu tumbang? Roboh? Jatuh?
Jika tidak tahu, tanyakan pada matahari itu--yang kini tumbang, roboh, jatuh!

Semoga dia masih punya kekuatan yang memberimu jawab. Tapi, menurutku tak perlu ia memberimu jawab dengan lisan, karena dengan melihatnya redup, aku yakin kau telah paham apa itu tumbang, roboh, jatuh!

Matahari itu kini berada di bawah kaki, tak lagi panas terlebih memberi terang. Buminya jelas gelap, dingin, beku; kehidupan bukan lagi sesuatu yang menggairahkan.
Matahari itu pasrah, digelindingkan, diendus oleh tikus kotor penghuni kegelapan sekalipun. Dibenamkan dalam lumpur bahkan kotoran sekalipun tiada daya ia membela. Dijatuhkan, dibenturkan hingga musnah menjadi debu pun kini enteng.

Matahari itu tak lagi ber-mata untuk melihat kehidupan.

YANG TERLANJUR TUA



Untuk kesekian kalinya, seperti kembang yang tiba-tiba gagal merekah--menjadi layu. Tak lagi mengejar matahari--tapi memilih tumbang.

Lalu pada siapa lagi ku mengadu, memperlihatkan luka yang menganga, perih!
Ketika teranggap, segala daya upaya telah kulakukan, sejak lama, sejak dulu, sejak menggenerasi.
Akh! jelas ada yang salah, tapi apakah?!
itu?

Seperti percayaku, bahwa setiap pinta 'kan tergenap pada saatnya.
Tapi kapankah?
kapan?

Kalah ini adalah penyesalan terdalamku.
seperti kusesalinya mengapa  yang maksimal itu tak jua berbuah manis.
kenapa?

Dan benar, tegas kunobatkan diri berdosa terhadap perempuan-perempuan yang selama ini membanggakanku.
karena benar, aku telah mengecewakan mereka, lagi! Untuk kali kesekian, lagi!

***

Masih bertanya-tanya, kapan tiba waktuku?--sebelum habis waktuku.
mari berhitung umur dan peluang.









=NIHIL.

[yang terlanjur tua]

--di belahan bumi entah, masa entah.

 
carita campur attu | pacarita | obrolan ringan di warung kopi powered by blogger.com
Design by Carita Campur Attu Blogger Templates