KARENA TIAP HARI ADALAH HARI BAPAK

Kuingat, waktu itu setahun yang lalu. Setelah mengucap selamat hari ibu pada istri saya, ibu dari anak-anak saya. Saya iseng bertanya.

            "Bu, kenapa yang ada cuma hari ibu? Hari bapak kok tidak ada?"

            "Karena tiap hari adalah Hari Bapak!" jawab istriku enteng.

Haha, sontak saja saya terdiam dengan jawaban istriku. Jawabannya memang singkat, tapi menyiratkan berjuta makna. Pengabdian seorang istri terhadap suami yang tak kenal waktu. 

Kulihat di wajah istriku, tak perlu sampai ke matanya yang sendu. Ada keikhlasan di sana! Keikhlasan melayani suami sebisa ia bisa. Pengabdian seorang istri yang para suami harus sadari. 

Istriku, ibu dari anak-anakku adalah perempuan hebat. Dan saya pun merasa hebat telah memperistrikannya. 

Tiap hari memang adalah hari bapak. Tiap hari ada banyak istri-istri hebat yang merawat suaminya dengan ikhlas, yang setia menjadi teman berbagi di kala senang dan susah. Ini jangan dibahasakan sebagai 'kodrat perempuan' yang harus melayani laki-laki. Bahasakan ini sebagai kehebatan perempuan, kaum petarung yang tidak kalah kuat dari lelaki.

Tiap hari, di segala penjuru dunia, ada banyak istri-istri hebat yang ikhlas menyerahkan dirinya dipimpin oleh suami. Jika suaminya miskin, ia ikhlas hidup miskin. Jika suaminya sakit, ia adalah dokter terbaik. Jika suaminya menangis, ia adalah penyeka air mata. Jika suaminya bahagianya, ia tak kalah bahagianya. Jika suaminya tak mampu memberi nafkah bagi keluarga, ia adalah bapak sekaligus ibu bagi anak-anaknya.

Tiap hari, ada banyak istri penghuni surga.

[selamat hari ibu, ibu anak-anakku]