BERBURU CAKAR DENGAN CAKAR DI BURSA CAKAR


Buat Anda yang ingin hemat, tapi tetap memperhatikan penampilan, Obrolan ringan di warung kopi kita kali ini cocok untuk Anda.

Masa iya??

Tentu saja iya :)

Dengan modal kelincahan Anda berburu pakaian cakar (cap karung) alias pakaian bekas, Anda dapat memperoleh pakaian berkelas dengan kualitas yang tak diragukan lagi.

Pakaian bekas?!

Iya, pakaian bekas produksi dari pabrik atau rumah-rumah mode di Korea, Australia, Amerika, Eropa, dan Jepang dapat dibeli dengan harga hanya Rp 50.000 per potong bahkan lebih murah jika Anda memiliki bakat membanting harga (menawar).

Layak pakai tidak??

Hoho, ini jangan ditanyakan, kondisinya mulus, kualitasnya terjamin. Harus diakui, kualitas produksi pakaian dari luar memang masih lebih bagus. Kita bicara merk deh... :)

Iya, ber-merk tidak?

Untuk Anda yang gila merk, memang di sini tempatnya. Mau merk apa? Kenzo, Armani, Corocodile, Gucci, Leonardo, Givency, Slazenger, Audi, Edwin, IVL, Adidas, dan lain-lain. Celana bermerk berharga jutaan di pasaran umum, seperti Levis, Wrangler atau BMW dapat diperoleh dengan harga hanya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per buah, bahkan lebih murah jika Anda memiliki bakat membanting harga.

Wah..wah.. wah.., ada paket ekonomis nih untuk menambah asesoris ketampanan :D

Saya tambahkan lagi, selain pakaian (baju dan celana), juga terdapat produk luar negeri lainnya, seperti berbagai jenis, model dan merk sepatu, jaket, switter, jas (laki-laki dan perempuan), rain coat, rim, kaos oblong, pakaian anak-anak, topi, gorden, ambal (karpet), dasi, kaos kaki, bahkan buat Anda yang suka mencuri pakaian dalam wanita di jemuran, di stop deh, karena di bursa cakar juga ada tersedia, halal.
Harganya, ya….tetap ‘miring’ sampai duapuluh kali ‘lebih murah’ dibanding produk dengan merk dan kualitas sama.

Langsung tkp-nya Daeng..

Di Makassar, ada Sentral Cakar Ratulangi (SCR), di jalan Ratulangi. Bursa cakar di jalan Gunung Bawakaraeng. Bursa Cakar ‘Daimaru’ di Jl. Andalas, Bursa Cakar Roberta dan Eks Jujur Jaya di Jl. Gunung Bawakaraeng, serta menempati puluhan lodz di Pasar Sentral Toddopuli Kota Makassar. Selain ada juga yang membangun stand baru khusus untuk Bursa Cakar, seperti di Bursa Cakar Jl. Alauddin dan Bursa Cakar di jalan Batu Raya. Bahkan bekas Hotel Makassar City (d/h. Hotel Raoda) di Jl. Khairil Anwar pernah menjadi lokasi perdagangan Bursa Cakar terbesar di Kota Makassar.

Sejarah awal mulanya bagaimana?

Hmmm, tidak ada yang tahu pasti sejarah asal muasalnya bagaimana, tapi menurut cerita dari mulut ke mulut, bursa Cakar mulai dikenal di Kota Pangkajene, ibukota Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Provinsi Sulsel pada tahun 80-an. Sejumlah pedagang di daerah tersebut memperoleh bahan-bahan pakaian bekas dari luar negeri — mulanya hanya jenis baju kemeja, yang dibeli dari para pedagang di Pulau Wanci (kini Kabupaten Wakatobi) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kemungkinan masuknya dari pelabuhan di kota Pare-Pare, kotamadya yang letaknya berdekatan dengan kabupaten Sidrap.

Di wilayah Sulawesi Tenggara perdagangan pakaian bekas ini dikenal dengan istilah Pasar ‘RB’ (RB singkatan dari kata ‘Rombengan’). Tapi karena perdagangan pakaian bekas ini dilakukan dengan cara penjualan Bal per Bal. Maksudnya, tidak dijual satu per satu, tapi harus per karung (bal) berisi hingga 300 potong kemeja bekas yang masih dalam kondisi disegel dari Negara asalnya. Maka kemudian pedagang dan masyarakat di Kabupaten Sidrap menyebutnya sebagai pakaian ‘Cap Karung’.


Dalam perkembangannya kemudian, sebutan pakaian ‘Cap Karung’ itu disingkat sebagai ‘Cakar’. Istilah itu dianggap cocok, sebab awal dari perdagangan pakaian bekas ini di Sidrap, para pembeli seolah saling cakar berebut untuk memilih pakaian-pakaian yang cocok dan baik ketika baru dibuka dari bal-nya. Umumnya pembeli yang kemudian berdatangan dari berbagai kabupaten tetangganya Sidrap, seperti dari Kabupaten Wajo, Soppeng dan Pinrang antusias untuk membeli Cakar yang baru dibuka langsung dari bal-nya.

Belakangan, perdagangan ‘Cakar’ yang diminati warga merambah ke semua wilayah kabupaten/kota hingga ke wilayah pelosok di Provinsi Sulawesi Selatan. Termasuk pada akhir tahun 90-an mulai menerobos dan justru diminati warga di Kota Makassar. Tak heran jika perdagangan atau ‘Bursa Cakar’ ini tak hanya hadir mewarnai dinamika perdagangan pasar-pasar tradisional di Kota Makassar, seperti di Pasar Terong, Pasar daya, Pasar Cidu (Tinumbu), Pasar Karuwisi, dan Pasar Maricaya.

Bursa Cakar di Kota Makassar ini juga merupakan bagian dari wajah asli Indonesia kita saat ini. Indonesia dan Makassar dengan segala keunikannya :)

[annemi nikana lammoro' nammassori]

Ditulis Oleh : Unknown ~ Carita Campur Attu | Obrolan ringan di warung kopi

Carita campur attu BERBURU CAKAR DENGAN CAKAR DI BURSA CAKAR ini hanyalah obrolan ringan di warung kopi yang diposting oleh Unknown. Terimakasih atas kunjungan dan kesediaan Anda membaca dan mengomentari carita campur attu ini. Kritik dan saran Anda adalah attu' terindah yang kami nanti-nantikan :D , karenanya mohon penuhi kotak komentar kami dengan attu' terindah yang pernah Anda miliki.

:: Lagi GALAU? baca ini! ::

2 komentar:

KebunDzikri mengatakan...

Mantap Nih.. cocok sama Mangkasara Kulle Tonji
Mohon Ijinnya Untuk COPAS kodong Dekkeng..

Unknown mengatakan...

tabe', dicopas saja Daeng :)

 
carita campur attu | pacarita | obrolan ringan di warung kopi powered by blogger.com
Design by Carita Campur Attu Blogger Templates