Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga-Hutagalung Korban Sinabung

Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga Hutagalung Korban Sinabung Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga Hutagalung Korban Sinabung


Carita Campur Attu - Ibu Negara Republik Indonesia Ani Yudhoyono kembali menjadi sorotan di media online setelah seorang korban Gunung Sinabung menulis surat terbuka melalui situs Kompasiana. Tulisan yang awalnya ada di http://politik.kompasiana.com/2014/01/19/instagram-untuk-ani-yudhoyono-dari-vita-sinaga-hutagalung-korban-sinabung-628903.html saat ini sudah tidak bisa diakses lagi karena postingan tersebut sudah dihapus oleh pihak Kompasiana.
Redaksi OkeJoss masih memiliki salinan copy tulisan tersebut dan bagi anda yang ingin membaca, silahkan membaca surat terbuka Vita Sinaga untuk Ibu Ani Yudhoyono yang memang sedikit ketus di sosial media berikut ini
Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga-Hutagalung Korban Sinabung
Yth. Ibu Ani Yudhoyono, nama sahaya Vita Sinaga-Hutagalung, satu dari puluhan ribu korban letusan Gunung Sinabung yang letaknya di Sumatera, bukan di Jogjakarta atau Magelang. Sahaya ingin sekali menuliskan dan melukiskan Sinabung lewat jepreten tustel seperti Ibu Ani lewat telegram, eh, Instagram. Atau melukiskan keindahan derita Sinabung dengan mengabadikan jepretan kamera dan menampilkan di Instagram. Namun, apa daya. Kami para pengungsi tak memiliki apa-apa lagi.
Ibu Ani yang cantik jelita bulat mukanya, surat ini sahaya tuliskan menjelang kedatangan Bapak Susilo Bambang Yudhonono – suami dan presiden Ibu Ani ke Tanah Karo. Sahaya dengar dan yakin Ibu Ani sangat berperan menentukan kebijakan negara Indonesia, sama halnya para koruptor yang selalu disetujui dan didukung oleh para isteri mereka. Sahaya dengar dari wartawan yang selalu datang ke mari selama enam bulan ini, bahwa Ibu Ani aktif sekali di dunia maya ya Ibu Ani. Kata para wartawan Ibu Ani hobby sekali main Instagram, Twitter dan Facebook.
Ibu Ani yang cantik bulat menarik hati, katanya Ibu bahkan senang sekali mengabadikan apapun. Bahkan bisa juga Ibu Ani ribet mengurus Instagram dan main tustel. Itu adalah aktivitas sangat positif sebagai Ibu Negara. Aktivitas Ibu Ani bermanfaat untuk bangsa dan negara Indonesia. Di situlah kedekatan rakyat sampah jelata dengan para pejabat dan istri pejabat tinggi yang menjulang ke langit ketujuh dapat terjembatani.
Ibu Ani, dengan aktivitas Ibu Ani di Istagram, maka kami sebagai korban Gunung Berapi Sinabung telah tertolong. Dengan melihat kebahagiaan Ibu Ani, Anissa Pohan – yang menjuluki Ibu Ani sebagai mertua terbaik di dunia dan akhirat, cucu-cucu yang cantik dan gagah menarik, Ibas yang berenang dengan baju mau menyelam padahal di kolam renang dangkal, lalu ke pantai dengan memakai batik resmi, itu pertunjukan yang mampu memberikan kebahagiaan buat kami.
Ibu Ani, kami para pengungsi tak membutuhkan apapun selain gambar-gambar di Instagram. Kami tak butuh tanah pertanian yang telah rusak untuk direhabilitasi. Kami tak butuh makanan. Kami tak butuh obat-obatan. Kami tak butuh selimut. Kami tak butuh pembalut wanita. Kami tak butuh pakaian. Kami tak butuh tempat tinggal karena tempat tinggal kami ya di 59 tempat pengungsian selama enam bulan ini. Kami pun tak butuh apa-apa selain melihat dan menonton foto-foto kebahagiaan Ibu Ani sekeluarga melalui Instagram. Instagram Ibu Ani adalah kebahagiaan kami.
Ibu Ani yang cantik jelita dengan muka bulat sempurna. Dari muka Ibu kami tahu Ibu adalah orang paling baik di Bumi, Langit dan Surga nanti. Untuk itu, kami sebagai warga negara merasa puas dan senang berbagi melihat kebahagiaan keluarga Ibu Ani. Sementara di pengungsian ini, kami selama enam bulan, merasakan kurang makan, kurang tidur, kurang nyaman dan kurang kebahagiaan – namun sekali lagi, melihat kebahagiaan keluarga Presiden RI, kami sudah kenyang dan berbahagia. Sudah selayaknya sahaya dan rakyat melayani pejabat dan orang besar serta penguasa. Maka, biarkanlah kami di Tanah Karo dan Sinabung menikmati pengorbanan sebagai hamba kepada penguasa.
Ibu Ani yang terhormat, bolehlah sahaya pesankan kepada Ibu agar memberi tahu Bapak Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhyono, suami Ibu yang besar badannya itu, untuk (1) jangan menetapkan bencana Sinabung sebagai bencana nasional, agar kami tak mendapatkan bantuan berskala nasional, (2) jangan kami diberi bantuan apapun karena kami bangsa Indonesia dan Batak akan pergi ke saudara-saudara kami untuk mencari kehidupan – itu yang banyak diperhatikan bahwa bangsa Batak memiliki kekuatan sendiri, (3) biarkan kami tetap di pengungsiaan selama-lamanya, (4) jangan Ibu Ani hentikan kegiatan main tustel, kamera standard professional seharga Rp 250 juta, untuk menampilkan foto-foto Ibu Ani, Annisa Pohan – anak koruptor bernama Aulia Pohan – dan juga cucu-cucu dan anak-anak tercinta, karena foto-foto Instagram Ibu Ani adalah kebahagiaan bagi kami semua: warga pengungsi yang tak memiliki apa-apa selain air mata.
Ibu Ani yang terhormat, demikian surat Instagram kami. Karena kami tak tahu Istagram itu apa maka mohon maaf yang sahaya tahu adalah telegram di kampung kami dulu. Sahaya pikir dengan menulis Instagram ini, yakni istagram tanpa foto karena tak memiliki tustel, maka pesan yang sahaya sampaikan rasanya sampai. Kami warga korban gunung berapi hanya membutuhkan gambar-gambar yang indah hasil jepretan Ibu Ani di Instagram. Kami di pengungisan sudah puas dan bahagia meskipun kami sakit, kurang makan, kurang pakain, tak memiliki tempat bekerja karena pertanian kami hancur, anak-anak mahasiswa kami sebanyak 25,000 terancam tak bisa bayar uang kuliah dan makan, namun itu semua tak penting. Yang penting kami menonton foto-foto Instagram Ibu Ani sekeluarga yang berbahagia. Itulah rentetan nestapa duka derita sengsara kami selama enam bulan letusan Gunung Sinabung paling dalam yang Ibu tak pernah pikirkan – sama dengan suamimu dan para menteri yang sibuk nyaleg lagi.
Salam bahagia ala saya Ibu Ani Yudhoyono yang cantik jelita bulat sempurna.


sumber: http://okejoss.com/instagram-untuk-ani-yudhoyono-dari-vita-sinaga-hutagalung-korban-sinabung/1116

BELAJAR TRADING DARI OFFICE BOY


Carita campur attu antara saya dan OB (Office Boy) saat menunggu pintu lift turun terbuka, yang tidak terbuka-buka juga.
(dalam dialek bahasa Makassar)

OB    : "ai..., lewatmi seng, full-ki, ka jam istirahat sekarang."
Saya : "iyya bela, ke atasmi dulu deh-baru turun, lebih cepat kayaknya"
OB    : "kita buy dulu, sampai atas kita sell"
Saya : (dalam hati) "hmm..., cerdas tong ini OB bela, mentang2 kerja di broker "

(terjemahan)

OB    : "aduh..., lewat lagi (lift-nya), full karena sekarang lagi jam istirahat."
Saya : "iyya, bagaimana kalo kita ke atas dulu baru turun, sepertinya itu lebih cepat?"
OB    : "kita buy dulu, sampai atas kita sell"
Saya : (dalam hati) "hmm..., cerdas juga ini OB, mentang2 kerja di broker  "


Dari carita campur attu di atas, Pacarita belajar:
#1. Forex itu bisa diajarkan dan dipelajari. OB yang bekerja di sebuah perusahaan broker--yang tiap hari--di sela kesibukannya bersih2 dan bikin kopi, tapi karena tiap hari mendengar tentang trading, otomatis bisa paham beberapa istilah trading.
#2. Jangan pernah meremehkan orang lain, OB juga bisa buy and sell. 
#3. Menunggu pintu lift terbuka itu--mirip dengan menunggu peluang buy atau sell.

Dan, karena pembelajaran yang diberikan oleh OB tersebut, akhirnya pada setiap jam istirahat--saat menunggu lift untuk turun, saya akan menekan tombol ke atas dan ke bawah, dan masuk pada pintu lift yang duluan terbuka, entah itu ke atas atau ke bawah :)


UPDATE: sejak hari ini, senin 041113, OB tersebut tak lagi bekerja di tempat saya, karena suatu alasan yang saya sendiri malas untuk memahaminya, yang bersangkutan harus mencari kerja di tempat lain, semoga urusanmu lancar pren, semoga dilancarkan rezkimu di tempat lain. terima kasih.

ANTARA POLUSI SUARA DAN LABIL EQUITY [KISAH UNIK SAAT SHIFT MALAM]


Di kantor, di meja kerja, monitor masih menampilkan chart-chart pairing mata uang. Shift malam.
Tetangga meja sebelah minta dibukakan bandwidth unlimited. Bolehlah.
Lalu mulai streaming tanpa buffering lagu-lagu di youtube.
Tetangga meja sebelah bising, sangat bising, bising sangat, luar biasa bising. Gaduh.
Lagunya sama sekali tak terjangkau oleh saya yang (memang) bukan penikmat musik ini. Terlebih lagunya berbahasa inggris. 
Ini polusi suara namanya, protesku dalam hati.
Tapi mau diapa, tetangga meja sebelah terlihat sangat menikmati. Kasihan juga kalau diganggu. 
Saya memilih menyingkir ke lounge, sekadar mencari suasana baru.
Namun apa yang terjadi di lounge?
"aduh abang roni
pulanglah oh abang
sudah 3 bulan aku di tinggalkan

tak tahan rasanya
menanggungkan rindu
rindu tuk bertemu
bercanda bersama
aduh abang roni


..."
Ternyata dengan volume yang tidak seperti biasanya, lagu ini diputar di lounge oleh OB (Office Boy) yang menjelma menjadi bartender.
Ampun jika begini jadinya, asli saya bingung dengan polusi suara yang disebabkan oleh tetangga meja sebelah dan penjaga lounge bagi saya yang (memang) bukan penikmat musik ini.

Akhirnya, kuputuskan kembali ke meja kerja, dan..., apa yang selanjutnya terjadi pemirsa??
Wew, Siti Nurhalisa yang kini bernyanyi di komputer tetangga meja sebelah. It's Melayu time ya?? Gumamku.


Asli, kerja shift malam kali ini memang unik. Ada banyak polusi suara yang kudapatkan.
Dan kupilih untuk melirik chart yang terombang-ambing oleh aksi hebat-hebatan antara buyer dan seller. Seperti tetes air, harga itu bergerak sesuai dorongannya. Saya hanya terpaku, tersudutkan, tak bisa berbuat banyak sebab sudah beberapa hari ini equity-ku benar sekarat.

Lalu?
Ya segitu saja, soalnya mood perlahan menghilang. Tulisan juga kian terombang-ambing. Mungkin karena pengaruh musik ya?  Yang juga benar-benar labil menurutku, lagu berbahasa inggris, kemudian dangdut, kemudian melayu tersaji sekaligus.
Atau ikut terombang-ambing bersama chart yang juga terombang-ambing.

Lalu?
Sud
ah....




FOTO JELEK DIAN SASTRO?

Sepertinya inilah carita campur attu yang begitu menguras tenaga, kenapa tidak; Pacarita harus googling ke sana ke mari untuk mendapat foto jelek dian sastro. Asli ini artis mau digimanain sekalipun tetap cantik.


Kenapa juga cari foto jeleknya?
soalnya foto cantiknya, ngga usah dicari tentu ada di mana-mana...


Lagian, memang ada foto jelek Dian Sastro?.
Berikut Pacarita coba sajikan, entah jelek benaran atau tidak, atau maksa dijelek-jelekin :D


Mulai dari Dian Sastro baru bangun tidur tanpa make up


Dian Sastro baru bangun, tanpa make up, bibirnya...

Ini lagi melirik siapa ya?

Foto jelek Dian Sastro

Kalo ini, mungkin saat hamil ya? kok keliatan gemuk gitu :D

Dian Sastro tampak gemuk

Ini Dian Sastro kalo lagi memble ya...?

Dian Sastro lagi memble

Menggila pun tak mengapa, hehehehe

Dian Sastro lagi nakal


Dan foto ini yang paling Pacarita ngga suka. Ini asli jelek, ngapain juga ada latar pattinsonnya, gak penting banget, hihihihi

Dian Sastro rugi banget :D

Asli  ya..., ini Distro alias DS alias Dian Sastro alias Diandra Sastrowardoyo, digimanain juga pasti cantik, ngga rugi Pacarita fans ama doi :D

UPDATE!!!
Pacarita dapat foto yang baru nih, silakan dinikmati :D

Dian Sastro ngantuk banget, mata 5 watt

MENULIS TANPA KOPI


Menulis tanpa kopi itu memang terasa aneh, jauh dari perasaan puas, rasanya tidak begitu berjuta-juta! Seperti yang saat ini saya lakukan: menulis tanpa kopi.

Selalu saja ada yang kurang, karena wewangian aroma kopi itu benar-benar bagai mega awan yang membalut segenap galau melanda. Wewangian kopi itu seperti aroma surgawi yang memabukkan, mampu menarik urat senyum di wajahmu, dan menjadikan sepanjang harimu berseri-seri,berjuta-juta!

Menulis tanpa kopi itu--bagai berkendara motor matic, tidak ada aktivitas pemindahan gigi manual setiap engkau akan berbelok di tikungan, tidak ada penurunan gigi di lampu merah atau saat melaju di jalan menanjak.
Dalam menulis, itu seperti tidak ada tegukan kopi nikmat, saat engkau sejenak berhenti menulis untuk sekadar menengok ide yang mungkin melekat di langit-langit kamar.

Di mana kan kau temukan imajinasi yang terkadang menguap bersama uap hangat kopi yang begitu wangi? Jika di atas meja menulismu, tak ada secangkir kopi hangat yang bagai lokomotif mengepul-ngepulkan asap wanginya?
Di mana kan kau temukan imajinasi yang terkadang mengerak bersama ampas kopi yang mengering? Jika di atas meja  menulismu, tak ada ampas kopi yang membisu--seolah telah menjadi saksi bagaimana kau habiskan waktumu saat itu--bersama teman, rekan kerja, teman trader atau bahkan sendiri.

Dan.
Menulis tanpa kopi harus dihentikan, karena kini telah terparkir manis segelas kopi hitam di atas meja kerjaku.

[dan. Hanya aku dan kopi]



INI BUKAN TENTANG AKTIVITAS ATAU BEKERJA, INI TENTANG TANGGUNG JAWAB!


10.22 am kira-kira

Hingga pagi ini, saya belum bisa membedakan antara aktivitas dan bekerja. Saat ini saya berada di kantor, duduk di atas kursi empuk sambil mengetik postingan ini dengan komputer yang menurut saya lumayan memiliki spesifikasi tinggi. Tentunya setelah menyelesaikan segala kebutuhan untuk teleconference yang setiap pagi rutin kantor kami lakukan.

Sambil saya mengetik postingan ini, suara pembicara di seberang masih terdengar jelas dari balik pintu ruangan saya, saya tidak harus ikut teleconference, karena saya adalah IT support yang bertugas menyiapkan segala kelengkapan dalam hal jaringan internet untuk teleconference, setelah itu, ya..kembali ke meja, standby.


Itulah mengapa saya masih bisa menulis postingan ini di kantor, toh posisi saya dalam kondisi standby, saya bergerak ketika ada hal yang berhubungan dengan jaringan internet, lebih dari itu, sedikit bisa saya maklumi.

Jam kerja saya adalah dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore, dipotong istirahat sejam pada pukul 12 siang. Jam kerja yang menurut saya lebih dari cukup, atau akan berakhir dengan sendirinya tanpa perasaan apapun dikarenakan atmosfer kerja di kantor kami yang di satu sisi terbilang disiplin, di sisi lain lumayan menyajikan kenyamanan fasilitas.


***
2.39 pm waktu pc, tulisan terpending karena tiba-tiba kehilangan ide.

Disiplin? Kok masih bisa buat tulisan  untuk blog Carita Campur Attu?!

Tentunya akan ada pengunjung blog yang mempertanyakan tentang kedisiplinan yang saya maksud. Baiklah akan saya jelaskan.
Di tempat kerja saya, disiplin waktu adalah hal yang mutlak, tidak ada toleransi  untuk hal tersebut, masuk jam 9 pagi pulang jam 6 sore. Pemenuhan tugas kerja juga adalah hal yang mutlak, seperti saya  yang seorang IT support, tentu saja tugas adalah segala hal yang berhubungan dengan jaringan internet kantor dan perangkat pendukungnya seperti komputer dan  segala peripheralnya. Ketika segala hal yang saya sebutkan di atas telah di set dan berjalan dengan semestinya, posisi kerja yang saya pahami selanjutnya adalah standby. Disiplin kan?

Nah, dalam status standby tersebutlah, saya mengisi waktu dengan facebook, trading, blog, ngopi, etc. Intinya, saya harus bisa memastikan wajah saya masih tampil di cctv pada monitor di ruang kerja bos hingga waktu menunjukkan pukul 6 sore.

Apakah ini kerja atau aktivitas? Sekarang saya yang bertanya ke pembaca. Karena jujur saya bingung, di satu sisi saya berpikir berapa banyak waktu di luar deskripsi pekerjaan yang saya buang, saya juga takut jikalau ini bisa diartikan sebagai korupsi waktu.
Lalu, jika tidak demikian, saya harus kerja apa? Jika segala jaringan internet, komputer dan peripheral-nya semua berjalan lancar? Saya harus ngapain lagi? Masuk ke kolong-kolong meja marketing dan sekretaris--mengecek jikalau ada kabel lan yang longgar? Wah.., ini bisa-bisa saya dibilang modus ingin liat isi rok mini; meskipun beberapa marketing tidak keberatan dan tidak ingin bergeser jika saya permisi ke kolong mejanya untuk mengecek kabel jaringan. Aneh? Sepertinya tidak dan sudah menjadi hal yang lumrah di kantorku; Ingin heran? Buat apa juga.

Saya insyaf, di luar sana ada teman-teman yang atmosfer pekerjaannya lebih menyenangkan dan lebih santai dari saya, mereka bisa keluar kantor kapan saja mereka mau, nongkrong di warkop, ngopi, merokok, tidur sepuas hati mereka; Saking bebasnya, muncul istilah office 1 dan 2 bahkan lebih, office 1 untuk warkop, office 2 untuk kantor sebagaimana kantor, dan sebagainya. Intinya, kata teman tersebut, pekerjaan dan laporan bisa beres dan dipertanggungjawabkan kapan dan di manapun.

Jujur di lubuk hati saya, saya ingin atmosfer pekerjaan demikian, toh buat apa nongkrong lama-lama di depan cctv, eh, di depan komputer kalo semua pekerjaan sementara telah berjalan sebagaimana mestinya?
Tapi, di satu sisi, saya juga lumayan menikmati atmosfer pekerjaan saya, saya merasa bisa lebih maksimal, saya merasa inilah tanggung jawab, namun saya belum bisa memahami ini bekerja atau aktifitas?
Yang saya pahami adalah setiap senin hingga jum'at dari pukul 8 pagi sampai 8 malam (termasuk waktu diperjalanan) saya ke kantor, meninggalkan anak-anak dan istri saya sebagai bentuk tanggungjawab saya atas kesejahteraan mereka. Terlepas itu melelahkan atau tidak, terpaksa atau tidak, bosan atau tidak; harus saya jalani dan syukuri. Titik.

Kadang kita melihat 'rumput tetangga selalu lebih hijau', tapi kadang kita juga lupa--segalanya indah dengan bersyukur.
Apapun pekerjaanmu, berat ringan, disiplin santai; Bersyukurlah dan berikan yang terbaik yang kau bisa, banggalah karena dengan bekerja engkau bisa melihat dirimu memiliki nilai. Tetap semangat anak muda ;)

[Lalu masih butuh jawaban 'ini aktivitas atau bekerja?'
jawabnya adalah tanggung jawab--terhadap keluarga untuk memberi kesejahteraan yang insyaALLAH halal :)  ]



MATAHARI HITAM


Pagi ini, ada dua matahari; Satu di angkasa--matahari milik semesta alam, yang dipakai petani kopi mengeringkan biji kopi, yang dipakai ibu-ibu mengeringkan pakaian, yang dipakai tumbuhan berfotosintesis, yang dipakai perempuan berkulit putih mencoklatkan kulitnya, yang dipakai awan menguapkan air lalu menumpahkannya menjadi hujan dan pelangi.

Satu lagi, ada di sini, pada aku, yang merupa aku.

Matahari pertama sedang bersinar dengan giatnya, menghidupkan.
Matahari kedua, masih membeku, masih berselimut hitam awan, masih redup.

Mari bercerita tentang matahari kedua, matahari yang tercipta karena rasa dan asa. Pagi ini masih meredup, seperti satu hari yang lalu, masih baru, tapi entah sampai kapan? Matahari ini sedang sakit, mungkin sudah akut. Penyebabnya tak perlu di selidiki, tak perlu dokter-dokteran segala, karena saat ini matahari tersebut sedang menggenapi sakitnya. Saja.

Kondisinya sedang parah, atau dibuat semakin parah, kenapa? Entah! Yang jelas harapan telah dipendam dalam-dalam. 


Kau tahu apa itu tumbang? Roboh? Jatuh?
Jika tidak tahu, tanyakan pada matahari itu--yang kini tumbang, roboh, jatuh!

Semoga dia masih punya kekuatan yang memberimu jawab. Tapi, menurutku tak perlu ia memberimu jawab dengan lisan, karena dengan melihatnya redup, aku yakin kau telah paham apa itu tumbang, roboh, jatuh!

Matahari itu kini berada di bawah kaki, tak lagi panas terlebih memberi terang. Buminya jelas gelap, dingin, beku; kehidupan bukan lagi sesuatu yang menggairahkan.
Matahari itu pasrah, digelindingkan, diendus oleh tikus kotor penghuni kegelapan sekalipun. Dibenamkan dalam lumpur bahkan kotoran sekalipun tiada daya ia membela. Dijatuhkan, dibenturkan hingga musnah menjadi debu pun kini enteng.

Matahari itu tak lagi ber-mata untuk melihat kehidupan.

 
carita campur attu | pacarita | obrolan ringan di warung kopi powered by blogger.com
Design by Carita Campur Attu Blogger Templates